Tujuan
1. Terampil membuat minuman sari buah
2. Dapat mengetahui proses pada pembuatan minuman
sari buah
3. Dapat mengetahui kualitas &
teknik pengendalian kualitas sari buah
4. Dapat menghitung kalkulasi biaya produksi
5. Terampil berwirausaha
Pendahuluan
Negara Indonesia dikenal sebagai negara
agraris yang menghasilkan berbagai produk pertanian diantaranya berupa buah –
buahan. Beberapa jenis buah tersebut antara lain adalah belimbing, jambu,
nanas, mangga, sirsak, nangka dan sebagainya.
Tananman buah – buahan ada yang
ditanam secara komersial dengan teknik penanaman yang intensif dan ada pula
yang hanya ditanam sebagai tanaman pekarangan biasa. Buah yang dihasilkan
umumnya dijadikan sebagai buah yang dikonsumsi segar. Namun, dalam keadaan
tertentu buah yang dihasilkan cukup banyak jumlahnya, misalnya pada saat panen
raya. Dalam kondisi tersebut, buah tersedia secara berlebih, sehingga
diperlukan alternatif lain untuk memanfaatkannya. Salah satu alternatif
tersebut ialah menjadikan buah sebagai produk olahan, misalnya sari buah.
Dengan cara ini, masa simpan buah dapat diperpanjang dan nilai guna serta
ekonominya dapat ditingkatkan.
Menurut Standar Industri Indonesia
( SII, 1979 ), sari buah didefinisikan sebagai cairan yang diperoleh dengan
memeras buah, baik disaring maupun tidak, yang mengalami fermentasi dan
dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung dapat diminum. Sari buah
merupakan salah satu minuman yang cukup disuka, karena praktis, enak dan
menyegrkan, serta bermanfaat bagi kesehatan mengingat kandungan vitamin secara
umum tinggi.
Prinsip Kerja
Bahan yang digunakan untuk membuat sari
buah terdiri atas : buah, gula, asam sitrat, zat penjernih, zat penstabil, zat
pewarna dzn zat pengawet.
1.
Buah
Sari buah dapat dibuat dari bermacam
– macam buah. Keadaan buah yang digunakan sebagai bahan bakunya, sangat
menentukan pembuatan sari buah tersebut. Buah yang digunakan dalam pembuatan
sari buah harus berada dalam keadaan cukup matang dan segar. Selain itu, harus
dipilih buah yang memiliki cita rasa dan flavor yang menarik, cukup tajam,
tidak hambar dan mengandung cukup asam. Untuk mempertahankan stabilitas
kualitas sari buah yang dihasilkan, hendaknya digunakan buah – buahan yang
berasal dari varietas dan daerah penanaman yang sama.
2.
Gula
Pemanis, memiliki peranan yang besar
pada penampakan dan cita rasa sari buah yang dihasilkan. Disamping itu, pemanis
juga bertindak sebagai pengikat komponen flavor. Pemanis yang paling umum
digunakan ialah sukrosa / gula pasir. Sukrosa bersifat murni, karena tidak ada
after taste, yaitu cita rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama.
Konsentrasi gula yang ditambahkan berkisar antar 11 % - 15 %.
Untuk tingkat industri, digunakan
pula High Fruktosa Syrup (HSF) karena
memiliki rasa 1,7 – 1,8 kali lebih manis, aman bagi penderita diabetes, praktis
dalam penggunaannya serta harga yang relatif lebih murah dibanding sukrosa.
3.
Asam Sitrat
Asam sitrat termasuk golongan flavour enhangcer atau bahan pemacu
rasa. Bahan pemacu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu
produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa, ditambahkan dalam jumlah
kecil, memiliki tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak,
tidak bersifat racun, digunakan untuk mengatur pH, memberikan rasa dan aroma
yang khas pada buah, meningkatkan flavour, serta memperpanjang umur simpan sari
buah tersebut.
4.
Pewarna
Pewarna ditambahkan kedalam minuman
atau sari buah karena memiliki beberapa alasan, diantaranya adalah untuk
memperbaiki warna aslinya, untuk memperoleh warna standar dan untuk menarik
konsumen. Adapun pewarna sintetik yang digunakan antara lain adalah tartrazine,
sunset yellow FCF, carmoisine, indigotino, green S dan caramel.
5.
Bahan Pengawet
Fungsi utama dari bahan pengawet
adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan sehingga
masa simpan dapat diperpanjang. Keuntungan dari bahan pengawet, antara lain
yaitu makanan / minuman dapat awet meskipun disimpan pada suhu kamar, lebih
ekonomis dibandingkan dengan pemanasan dan pendinginan.
Bahan pengawet yang umum digunakan
ialah natrium benzoat yang memiliki
bentuk kristal putih, berasa manis dan kadang – kadang sepet, mudah larut dalam
air, efektif digunakan pada pH 2,5 – 4,0
( asam) , tidak mempengaruhi rasa dan aroma sari buah dan penambahannya dengan
dosisi antara 0,05 % - 0,1 %.
6.
Bahan Penjernih
Sebagian
besar konsumen menyenangi sari buah dengan kenampakan yang jernih. Ada dua cara penjernihan
yang umum digunakan yaitu penjernihan enzimatis dan non – enzimatis.
Penjernihan enzimatis dilakukan dengan menggunakan enzim pektinase, sedangkan
penjernihan non – enzimatis dilakukan dengan menggunakan bahan – bahan adsorber
misalnya gelatin, bentonit, asam tanat, kasein, albumin dan madu.
7.
Bahan Penstabil
Bahan penstabil merupakan suatu zat
yang dapat berfungsi menstabilkan, mengentalkan, atau memekatkan suatu makanan
yang dicampur dengan air, sehingga dapat membentuk suatu cairan dengan
kekentalan yang stabil dan himogen pada waktu yang relatif lama.
Zat – zat yang termasuk dalam bahan
penstabil diantaranya adalah gum arab, gelatin, agar – agar, natrium alginat,
pektin, karagenan dan CMC.
Pohon mangga ( mangifera indica ) diduga berasal dari India dan Srilangka. Tanaman mangga
paling baik ditanam pada daerah yang memiliki ketinggian antara O m – 300 m
dpl, dengan panjang musim kemaraunya berkisar antara 2 – 8 bulan.
Pohon mangga terdiri atas beberapa
varietas. Secara umum, buah mangga muda memilki warna hijau muda dan setelah
tua berubah warna menjadi hijau kelam dan kekuningan ( tergantung jenisnya ).
Buah mangga sebaiknya dipetik ketika sudah tua namun belum matang, sehingga
dengan demikian dapat memiliki masa simpan yang lebih panjang. Buah mangga yang
tua ditandai dengan terjadinya perubahan kulit, timbulnya lapisan bedak yang
cukup tebal, pada 2/3 panjang buah terdapat bintik – bintik coklat dan jika
buah diketuk akan menimbulkan suara yang bernada tinggi.
Buah mangga umumnya dikonsumsi dalam
bentuk segar. Namun, ada pula jenis mangga yang kurang cocok dikonsumsi segar
karena banyak mengandung serat, berbau agak sengir dan memiliki kandungan air
yang terlalu tinggi. Buah mangga dengan keadaan demikian, cocok dimanfaatkan
sebagai bahan baku
dalam pembuatan beberapa macam produk olahan, misalnya selai, sale, manisan dan
sari buah mangga.
Untuk pembuatan sari buah mangga
dapat dipilih mangga jenis kopyor dan kaweni. Kedua jenis mangga tersebut
mengandung kadar air cukup banyak, memiliki aroma yang wangi dan rasanya manis.
Hasil Pengamatan
Pembuatan sari buah melalui beberapa
tahapan proses, yakni dari pemilihan buah hingga proses pembotolan dan
pasteurisasi. Adapun masing – masing tahapan proses tersebut, akan diuraikan
sebagai berikut.
Sebagai
bahan baku
dalam pembuatan sari buah, dipilih buah yang matang segar, tidak cacat / rusak,
serta tidak busuk. Buah yang digunakan ialah buah mangga kaweni.
2.
Pencucian dan Pengupasan
Sebelum diproses lanjut, buah
tersebut dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat.
Selanjutnya, buah dikupas untuk menghilangkan atau membuang kulit dan bagian
lain yang tidak diperlukan.
3.
Penghancuran, Pengepresan dan penyaringan
Buah yang telah dikupas &
dibersihkan kemudian dipotong – potong menjadi bagian yang kecil – kecil.
Selanjutnya buah dipres kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender,
kemudian disaring. Untuk memudahkan proses penyaringan, dilakukan penyaringan
dua tahap. Pertama, dengan menggunakan saringan kasar, saringan kelapa atau
ayakan yang bertujuan untuk memisahkan serat – serat buah yang kasar terlebih
dahulu. Setelah itu baru dilakukan penyaringan tahap kedua dengan menggunakan
kain saring yang lebih halus. Sari buah hasil penyaringan tahap pertama,
dituang keatas kain yang halus, kemudian keempat ujung kain saring disatukan
dan dipres atau diperas untuk mendapatkan sari buah murni.
4.
Pengenceran
Pengenceran dilakukan untuk
mengencerkan sari buah. Ampas hasil perasan pertama ditampah dengan air matang
2 kali dari berat hancuran buah. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dan
pengepresan.
5.
Penambahan bahan – bahan lain
Kedalam sari buah yang telah
diencerkan ditambahkan gula pasir. Dosis yang digunakan ialah 130 gr gula pasir
untuk 1 liter sari buah. Kemudian dilakukan pengadukan hingga semua gula larut.
Ditambahkan pula 1 gr Citric Acid untuk lebih memperkaya cita rasa sari buah.
6.
Pemanasan
Sari buah dipanaskan hingga mencapai
suhu 800C – 850C selam 10 menit terhitung sejak suhu
tersebut dicapai. Selama pemanasan tersebut, dilakukan pula proses pengadukan.
7.
Pembotolan
Sari buah yang masih dalam keadaan
panas, selanjutnya dimasukan kedalam botol yang telah disterilkan.
8.
Pemberian etiket / label
Apabila sari buah tersebut akan
dijual, maka pada botol pengemas perlu diberi label atau etiket. Tetapi pada
praktikum kami pemberian label / etiket tidak dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar