Pemeriksaan golongan Coliform
Bakteri coliform adalah bakteri
indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya,
bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada
mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia
coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air.
Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. Banyaknya
kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh
bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat
dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan
dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang
termasuk kategori ini, yaitu bakteri coliform (E. coli), Enterococcus faecalis,
Clostridium sp. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah E.
coli. Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi
kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non-faecal coliform. E. coli adalah
bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator
adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator
pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan
alasan; a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia
(sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi
dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan
kualitas kebersihan yang tinggi, b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan
sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar, c) Bila dalam
air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi
penggunaan domestik, d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat
ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut. Bakteri pembusuk ini
dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu yang termasuk
didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri
coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan
kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun
seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam
tubuh .
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan. (pengukuran-coliform-fecal-dengan-mpn.html)
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan. (pengukuran-coliform-fecal-dengan-mpn.html)
Pemeriksaan
Stahylococcus aurreus
Staphylococcus aureus erat sekali
hubungannya dengan manusia dan hewan lainnya terutama pada bagian kulit, hidung
dan tenggorokan. Dengan demikian makanan kebanyakan tercemar melalui
pengelolaan oleh manusia. Secara keseluruhan, organisme ini tidak kuat bersaing
dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran yang berarti
pada bahan-bahan pangan yang tidak dimasak. Akan tetapi, dalam bahan pangan
yang telah dimasak atau diasin, dimana organisme-organisme yang ada telah rusak
oleh pemanasan atau pertumbuhannyaterhambat oleh kontaminasi garam,
sel-sel Staphylococcus aureus dapat terus berkembang mencapai tingkat yang
membahayakan. Keracunan karena bahan pangan yang tercemar Staphylococcus aureus kebanyakan berhubungan dengan produk bahan
pangan yang telah dimasak terutama yang dikelola oleh manusia seperti daging
dan ayam yang dimasak, udang kupas yang dimasak, hum, bacon dan produk-produk
susu seperti kue krim, custard dan keju. Gejala-gejala dari keracunan bahan
pangan yang tercemar oleh Staphylococcus
aureus adalah yang bersifat
intoksifikasi. Pertumbuhan organisme ini dalam bahan pangan menghasilkan racun enterotoksin,
dimana apabila termakan dapat mengakibatkan serangan mendadak yaitu kekejangan
pada perut dan muntah-muntah yang hebat. Diare dapat juga terjadi. (Ilmu pangan
hal.79)
Pemeriksaan
Clostridium sp
Clostridium perfringens
adalah bakteri Gram positif, batang anaerobik (mikroaerofilik) dan non-motil.
Spora diproduksi segera dalam usus, memproduksi kapsul, memfermentasi laktosa,
mereduksi nitrat dan mempunyai aktivitas -toksin). Gejala penyakit yang timbul
meliputi sakitmlesitinase (aktivitas perut, mual dan diare akut, 8-24 jam setelah
menelan sejumlah besar organisme. Penyakit berlangsung singkat, sembuh sendiri
(self limiting), dan pulih dalam waktu 24-48 jam. C. perfringens dikelompokkan
dalam lima tipe (A - E) sesuai dengan eksotoksin yang diproduksi; Tipe A, C dan
D bersifat patogen untuk manusia. Tipe A dan C merupakan penyebab diare akut.
Galur-galur tipe A menyebabkan gas gangren, radang usus besar, demam daerah
perifer (tangan dan kaki) dan peradangan menyeluruh (septikemia). Enterotoksin
dari tipe A dan C diproduksi dalam jumlah yang cukup besar hanya dalam usus.
Produksi enterotoksin umumnya diduga dihasilkan dari lisis sel-sel yang
bersporulasi dalam usus. Toksin bersifat labil panas, inaktif pada 60oC dengan
nilai D90 adalah 4 menit. Suhu optimum C. perfringens 43 – 47oC. Pangan yang
diberi garam (kiuring) dapat mencegah spora bergerminasi dan sel-sel vegetatif
tidak mampu tumbuh. Nilai pH minimum adalah 5.0; dan pH optimum 6.0 – 7.5,
sedangkan aw minimum adalah 0.95 – 0.97. Spora tahan terhadap radiasi gama,
nilai D sebesar 1,2 – 3,4 kGy bila diiradiasi dalam air. Irradiasi sebelum
pemanasan (0-7kGy) menyebabkan spora lebih peka terhadap pemanasan. (Mikroba
Patogen « Food Safety, Kuliner and Nutritions.htm)
Pemeriksaan
antibiotik
Pertumbuhan
mikroorganisme dapat dihambat oleh zat yang disebut dengan zat antibiotic.
Demikian pula salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
bahan makanan awetan, maka pada bahan makanan tersebut sengaja ditambahkan zat
antibiotic. Sebenarnya zat antibiotik tidak bersifat racun terhadap tubuh
manusia dalam batas yang diperbolehkan, bahkan zat antibiotic dalam batas-batas
tertentu digunakan untuk membunuh penyebab penyakit dalam tubuh. Zat antibiotic
yang ditambahkan pada bahan makanan biasanya dalam jumlah sangat kecil, namun
demikian zat antibiotic dapat merusak citra bahan makanan, misalnya rasa
makanan tersebut menjadi pahit dan warna bahan makanan dapat dipengaruhi oleh
zat antibiotic yang berwarna. (prosedur analisa bahan makanan hal. 81)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar