Populasi mikroba di alam sangat besar dan kompleks.
Beratus-ratus spesies dari berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam
tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Salah satu mikroba
tersebut adalah bakteri. Bakteri memiliki tiga macam bentuk yaitu kokus (bulat
atau bola), basil (batang), dan spiral (Fardiaz, 1989).
Sifat bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan. Dikatakan menguntungkan karena bakteri dapat melakukan proses
pembusukan sampah agar tidak menumpuk, sebagai antibiotik, indikator
pencemaran, dan sebagainya. Sedangkan dikatakan merugikan karena bakteri dapat
menimbulkan penyakit untuk beberapa spesies. Walaupun begitu, mikroba khususnya
bakteri sengaja ditumbuhkan pada sebuah medium. Medium yang digunakan adalah
medium yang ketersediaan nutrisinya tercukupi seperti air, karbon, energi,
mineral, dan faktor tumbuh untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri.
Suatu bakteri dikatakan pathogen jika bakteri tersebut telah membentuk suatu
koloni. Koloni didapatkan jika berada pada lingkungan buatan, sedangkan jika
berada di alam konsentrasi bakteri pathogen menjadi rendah dan sulit untuk
dideteksi. Oleh karena itu dilakukan analisis mikrobiologi untuk
mengidentifikasi bakteri pathogen.
Uji mikrobiologi air dapat dianalisis berdasarkan
organisme penunjuk/ indicator organisme. Syarat organisme indikator antara lain
yaitu, terdapat pada air yang tercemar, mempunyai kemampuan bertahan hidup yang
lebih besar dari pathogen, terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada
pathogen, dan mudah dideteksi dengan teknik laboratorium yang sederhana.
Biasanya yang digunakan sebagai indikator yaitu dari jenis Escherichia coli (E.
coli atau coli tinja) dikarenakan terdapat hanya dan selalu terdapat dalam
tinja.
Mikrobiologi sebagai indikator kualitas air
Pada pemeriksaan mikrobiologis yang rutin terhadap air
untuk menentukan aman / tidaknya untuk diminum, tidaklah cukup bila hanya
berdasarkan uji-uji yang digunakan hanya terhadap mikrob patogenik, karena :
1. Kemungkinan besar patogen masuk ke dalam air secara sporadis,
tetapi karena tidak dapat bertahan hidup lama, maka mungkin saja tidak terdapat
di dalam contoh air yang dikirim ke laboratorium.
2. Bila terdapat dalam jumlahnya amat sedikit, maka besar
kemungkinan patogen-patogen tersebut tidak terdeteksi oleh prosedur lab. yang
dipakai.
3. Hasil pemeriksaan lab. Baru dapat diketahui setelah 24 jam atau
lebih. Apabila ditemukan adanya patogen, sementara itu tentunya telah banyak
orang mengkonsumsi air tersebut dan telah terekpos thdp infeksi sblm dpt
dilakukan usaha untuk mengatasi situasi tersebut.
Istilah “Mikrob indikator” digunakan dalam analisis air
mengacu pada sejenis mikrob yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti
bahwa air tersebut tercemar oleh tinja manusia atau hewan yang berdarah panas.
Artinya terdapat peluang bagi berbagai macam mikrob patogen, yang secara
berkala terdapat di dalam saluran pencernaan untuk masuk ke dalam air tsb.
Beberapa ciri penting suatu mikrob indikator ialah :
1. Terdapat dlm air tercemar dan “nothing” dlm air yg tdk tercemar
2. Terdapat dalam air bila ada patogen
3. Jumlah mikrob indikator berkorelasi dengan kadar polusi
4. Memiliki kemampuan bertahan hidup yg lebih besar drpd patogen
5. Memiliki sifat seragam dan mantap
6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan
7. Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak drpd patogen
8. Mudah dideteksi dengan teknik - teknik laboratorium yang
sederhana
Mikrob indikator yang ideal adalah Escherichia coli dan
kelompok bakteri koli lainnya.
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif
yang tahan hidup dalam media yang kekurangan zat gizi (Rahayu, 2000). Susunan
dinding sel bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih
kompleks daripada sel bakteri gram positif. Bakteri gram negatif mengandung
sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lemak (Schlegel, 1993).
Adanya lapisan-lapisan tersebut mempengaruhi aktivitas kerja dari zat
antibakteri. Menurut Escherich (1885) dalam Wikipedia (2008), bakteri E. coli
ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum :
Proteobacteria
Kelas : Gamma
Proteobacteria
Ordo :
Enterobacteriales
Famili :
Enterobacteriaceae
Genus :
Escherichia
Bakteri E. coli merupakan organisme yang normal terdapat
dalam usus manusia sehingga keberadaannya bukan merupakan masalah. Namun,
beberapa strain tertentu dari bakteri ini dapat menimbulkan penyakit seperti
diare, muntaber, dan gangguan pencernaan lainnya. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan strain ini dalam membentuk enterotoksin yang berperan dalam
mengeluarkan cairan dan elektrolit (Wikipedia, 2008).
Total E. coli terdiri dari :
1. E. coli yang berasal dari tinja (disebut coli tinja) atau disebut
juga coli fecal (baru tercemar tinja).
2. Bakteri-bakteri lain selain E. coli (disebut coliform), seperti :
Klebsiella sp., Enterobacter freundii, Aerobacter aerogenes. Atau disebut juga
coli nonfecal (pernah tercemar tinja).
Standar analisis air untuk mengetahui bahwa air itu
berkualitas baik atau tidak ada 3 tahap uji, yaitu :
1. Uji duga (presumptive test)
Uji ini ditujukan untuk mendeteksi mikroorganisme yang
dapat memfermentasi laktosa menghasilkan asam dan gas. Mikroorganisme itu
kemudian diduga sebagai bakteri coliform.
2. Uji penguat (confirmed test)
Uji ini melanjutkan tahap 1 yaitu dengan membuat piaraan agar tulang
dari piaraan laktosa cair pada media agar selektif dan diferensial yaitu Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA). Koloni E. coli tampak berwarna hijau metalik, dan
disebut sebagai koloni tipikal, tipe lain disebut atipikal.
3. Uji lengkap (completed test)
Uji ini dilakukan pembuatan piaraan cair dalam media
laktosa dari koloni tipikal pada media EMBA dengan tujuan mendeteksi
mikroorganisme yang diduga E. coli untuk memfermentasi laktosa juga diamati
morfologinya.
Medium EMBA merupakan medium diferensial , yaitu medium
yang dapat memisahkan antar koloni bakteri yang berbeda dan digunakan sebagai
media isolasi dan identifikasi. Medium ini digunakan untuk bakteri coliform
(bakteri yang sebagian besar terdiri dari bakteri E. coli), yang salah satunya
dapat memfermentasi laktosa, dari koloni yang berwarna biru kehitaman menjadi
koloni yang berwarna hijau metalik (Marietta, 2008).
Sebelum dilakukan pengujian hal yang perlu diperhatikan
ialah teknik sterilisasi. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan
suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan.
Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan
yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &
penyinaran.
· Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
· Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses
sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol.
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap
(volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan
dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang
cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode
ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan
berbagai cara :
· Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml
· Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
· Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
· Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
· Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml
Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus
· Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld,
Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung.
· Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai
gambar), lalu isi corong dengan larutan yang akan disterilkan.
· Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan
pompa.
· setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung
dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang
sudah steril dan tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.
Kerja Aseptik diantaranya :
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam
tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan
kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih
dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin
dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat
transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril
didekatkan ke bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen
tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin
terjamin kondisi aseptisnya
Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab
pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat
& bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara
kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi
yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan
yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya
untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4
Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena
air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0
psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C,
sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan
tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini
hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian
tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf
diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi
supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan
mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf
lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang
mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air,
katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan
timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber
panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi.
Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi
bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang
bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus,
lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas
spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka
menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa
media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum,
vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti
SDS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar